Dibalik Nama Megapolitan
Nama Megapolitan adalah cerminan jauhnya
visi kedepan para foundersnya. Meski tidak berangkat dari keluarga yang
berkecimpung di bisnis property bahkan tanpa latar belakang pendidikan
khusus di bidang ini mereka telah berhasil mewujudkan mimpi sebagai
salah satu pengembang besar negeri ini. Kata “Megapolitan” telah
tercetus dalam benak para foundersnya untuk merangkum besarnya mimpi
mereka pada 1976, jauh sebelum Pemda Jakarta memakai istilah yang sama.
Baru 31 tahun kemudian tepatnya 2007, Pemda DKI mencanangkan nama
"Megapolitan" untuk menampung pesatnya kemajuan Ibu Kota Negara RI ini.
Bagi para foundersnya, "Megapolitan" adalah sebuah kata yang
menggambarkan cita-cita sebagai developer untuk mengembangkan sebuah
kawasan yang lebih modern & lengkap dari "sekedar" kota
metropolitan. Adalah pasangan yang saling melengkapi dan menjadi motor
pendorong satu sama lain, Sudjono Barak Rimba dan Lora Melani Lowas yang
telah bermimpi dan sukses mewujudkan mimpinya.
Sejarah Megapolitan
Megapolitan hadir dalam kancah bisnis
property karena adanya perpaduan kekuatan dari 2 sosok para pendirinya.
Sudjono adalah sosok pengusaha yang memiliki intuisi yang tajam, risk
taking, dan negosiator handal merupakan pasangan yang klop untuk Melani
yang menjadi sosok wanita penuh inspirasi, otodidak ulung, dan memiliki
kemampuan manajerial alami. Belum lagi keduanya juga memiliki sifat yang
sangat menonjol yaitu ulet, disiplin, dan pekerja keras.
Langkah kelompok usaha ini berawal dari menjadi agent pemasaran
property, bidang yang pada 1976 menjadi lahan usaha resmi yang belum
dilirik orang, alhasil PT Megapolitan Development Corporation (MDC)
adalah property agent pertama dan satu-satunya yang resmi menyandang
status badan usaha pada kala itu. Karena kebanyakkan "property agen"
adalah perorangan yang lebih dikenal dengan istilah "calo"
Profesionalisme senantiasa menjiwai setiap geliat usaha
para pendiri Megapolitan. Ambil saja satu contoh, karena menjadi badan
usaha property agent pertama maka tak banyak bahkan nyaris tak ada
sumber bagi mereka untuk menimba ilmu soal jual-beli property, bukan
saja learning by doing mereka malah "menciptakan" buku panduan membeli
peroperty untuk memudahkan calon konsumen mereka. "Buku pintar" tersebut
berisi peta Jakarta lengkap dengan informasi tentang lokasi-lokasi
pengembangan property yang dijual, seperti jarak tempuh, kondisi lahan,
luasan proyek, fasilitas, type bangunan, harga jual, foto-foto dan
sebagainya. Bukan saja dahaga informasi calon konsumennya yang
terpuaskan, bagi para developer yang mereka jualkan tanahnya pun Sudjono
dan Melani juga memberikan informasi tentang keunggulan atau nilai jual
proyek mereka dibanding pesaing, perbandingan harga jual dan
sebagainya. Banyaknya pihak yang terpuaskan, tak heran jika kesuksesan
menjadi buah manis usaha mereka.
Intuisi yang tajam yang merupakan bakat alamiah seorang
pengusaha sukses juga mewarnai langkah usaha mereka. Sebagai misal,
meski baru memulai usaha mereka tak gentar memilih lokasi kantor
pemasaran di sebuah gedung baru, pusat perbelanjaan di daerah Jakarta
Pusat. Pertimbangan mereka sederhana, bahwa di lokasi tersebut terdapat
sebuah restaurant yang cukup luas yang dapat dipergunakan sebagai ruang
resepsi pernikahan, sehingga praktis setiap akhir pekan tempat tersebut
padat oleh tamu undangan. Tapi kesederhanaan pemikiran mereka ini adalah
wujud ketajaman intuisi.
Kunci sukses sebuah usaha broker selalu tak lepas dari kepuasan
dua belah pihak, yaitu konsumen dan prosuden. Ini semua membutuhkan kejujuran dan komitmen
yang tinggi. Terbukti dari banyaknya konsumen yang membeli kavling dari
mereka meminta dibuatkan gambar sekaligus membangunkan rumah mereka.
Pembangunan rumah atau ruko adalah sebuah proses panjang yang sangat
rawan dengan kecurangan, mulai dari mark up harga bahan bangunan sampai
komposisi bahan yang tidak sesuai pakem. Namun kualitas bangunan yang
mereka hasilkan selalu tepat janji.
Berjalannya waktu membuat mereka sadar bahwa bidang usaha
"broker" yang ditangani MDC tak mampu menampung besarnya mimpi dan
hasrat kedua pasangan ini. Tak pelak setelah 3 tahun menyelami seluk
beluk bisnis property serta adanya kesempatan yang dianugrahkan oleh
Tuhan maka pada 1979 untuk pertama kalinya MDC memproklamirkan diri
menjadi pengembang.
Diawali dari 55 hektar lahan di Cinere dengan total nilai proyek
Rp. 2,75 milyar mereka mulai menapaki bisnis developer. Sukses selalu
diukur dengan tumbuh dan berkembangnya usaha tersebut, begitu
juga dengan Megapolitan dan para foundernya, Sudjono dan Melani. Mereka
tak hanya puas dengan "ilmu" yang mereka peroleh dari pengalaman atau
learning by doing, meski mereka kian piawai dari A sampai Z urusan
developer, dari pemilihan lahan sampai pemasaran, dari cangkul sampai
buldoser, dari komposisi bahan bangunan sampai lapisan aspal jalanan,
dari desain rumah sampai desain masterplan. Mereka tetap terus belajar,
mulai dari buku, berbagi pengalaman dengan sesama kolega, sampai belajar
di lembaga pendidikan resmi internasional mereka jalani, hanya untuk
semakin memantapkan jejak langkah dan meningkatkan profesionalisme
mereka di dunia pengembangan kawasan hunian dan komersial.
http://www.megapolitan-group.com/index.php/homes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar